SELAMAT DATANG DI BLOG SAHRUL

Rabu, 24 November 2010

Macan Gunung Merapi Tak Boleh Ditangkap Kamis, 25 November 2010 - 00:17 wib

JAKARTA- Bencana letusan Gunung Merapi membawa dampak bagi kehidupan satwa liar. Kejadian turunnya satwa liar, dalam hal ini macan, tercatat pada 22 November 2010 di wilayah Cangkringan, Sleman.

Hal itu menjadi gambaran perlu adanya upaya terpadu dalam penyelamatan satwa liar di kawasan yang terkena dampak bencana alam Merapi. Perubahan kondisi lingkungan yang terjadi pada erupsi besar pada 5 November 2010 di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi dengan luas areal perlindungan alam sekira 6.410 hektare, mengakibatkan berkurangnya sumber-sumber pakan alami bagi macan.

Dessy Zahara Angelina dari Animal Friends Yogya, menegaskan salah satu cara yang tepat dalam penanganan kasus macan turun gunung adalah dengan penghalauan atau pengarahan ke lokasi  yang aman yang tetap berada dalam kawasan lindung.

“Sedapat mungkin mengurangi kontak satwa liar tersebut dengan manusia karena habitat alaminya adalah tetap di hutan,” ujarnya dalam rilis kepada okezone di Jakarta, Rabu (24/11/2010).

Dia menyebutkan macan merupakan salah satu daya tarik dan kekayaan hayati Taman Nasional Gunung Merapi. Selain itu, satwa tersebut adalah satwa yang dilindungi menurut UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi dan Keanekaragaman Hayati dan Ekosistemnya. Idealnya, tidak ada satwa liar dilindungi yang dikeluarkan dari kawasan Taman Nasional.

Jangan sampai masyarakat, khususnya yang tinggal di sekitar kawasan konservasi, kehilangan kekayaan yang sangat penting di kawasan tersebut. Keberadaan Macan di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi dapat menjadi salah satu daya tarik bagi DIY dan Jateng untuk bangkit kembali setelah bencana berakhir dan kondisi aman.

Apabila ada ternak yang diserang oleh macan, diharapkan pemerintah dapat mengupayakan ganti rugi karena pada dasarnya satwa liar hanya sama-sama mencari selamat, tidak ada niatan bagi satwa liar untuk menyerang selain demi bertahan hidup.

Ketika habitat alaminya mengalami perubahan dan sedang tidak memungkinkan untuk ditinggali, tidak ada pilihan lain bagi satwa tersebut selain mencari areal yang lebih aman hingga kondisi kembali pulih. Panthera Pardus (macan) pun terpaksa turun gunung untuk sementara waktu.

Pramudya Harzani dari Jakarta Animal Aid Network menegaskan pilihan untuk menjebak macan dan membawanya ke kebun binatang adalah pilihan tidak bijak dalam penanganan satwa.

Penghalauan atau evakuasi ke kawasan hutan yang aman merupakan pilihan bijak yang harus diutamakan dalam meyelamatkan satwa liar. Ketika satwa liar ditangkap lalu dikandangkan, akan terlalu banyak risiko bagi keselamatan satwa liar itu sendiri seperti mengalami stres, luka-luka, penyakit dan terjadinya perubahan perilaku yang tidak normal atau kematian.

Selama ini satwa liar seperti macan mempunyai daya bertahan hidup yang kuat dengan daya jelajah besar dan pergerakan cepat. “Ketika kurang makanan alami, ya kita suplai saja sumber pakan di titik aman yang terlihat saat satwa liar seperti Macan melintas tanpa harus menjebaknya dengan kandang,” ujarnya.

Pengandangan satwa liar di kebun binatang yang kondisinya benar-benar sesuai standar kesejahteraan satwa hanya akan menghabiskan biaya yang besar karena perlu adanya infrastruktur kandang yang minimal mendekati pemenuhan kebutuhan alami satwa. Namun hal ini tetap berisiko mengubah perilaku satwa liar menjadi domestik, dan akan mempersulit upaya pelepasliaran kembali ke alam di kemudian hari.

Hal lain yang sangat penting untuk mempertahankan keberadaan Macan di habitat aslinya adalah karena spesies tersebut merupakan kekayaan hayati Taman Nasional Gunung Merapi dan masyarakat sekitar kawasan tersebut.

Relawan Satwa Merapi, Ketut Sutawijaya menegaskan macan merupakan salah satu penyeimbang rantai makanan dalam ekosistem Merapi yang perlu dijaga kelestariannya di habitat aslinya.

“Jadi dengan prinsip konservasi dan keanekaragaman hayati, rencana penangkapan harus didiskusikan lebih dahulu dengan masyarakat di sekitar kawasan, pihak Taman Nasional serta instansi terkait, keputusan yang diambil haruslah keputusan yang tepat bagi semua pihak terutama bagi satwa yang bersangkutan,” tandasnya.(ful)

1 komentar:

  1. Betul sebab itu adalah Hewan Langka....lagian susah nagkapnya bisa2 di Karuuuuk

    BalasHapus