SELAMAT DATANG DI BLOG SAHRUL

Jumat, 01 Juli 2011

Buah Semangka Bisa Bikin Perut Langsing


Perut buncit memang bisa mengganggu penampilan. Nah, kalau tak ingin punya perut buncit diet semangka layak dicoba. Semangka diklaim bagus untuk mengempeskan perut buncit.
Kenapa semangka bagus untuk menghilangkan perut buncit?
Itu karena semangka adalah makanan dengan kepadatan energi yang rendah dan kalorinya sangat kecil walaupun orang makan dalam jumlah banyak.
Makanan dengan kepadatan energi yang rendah seperti semangka ini sangat berguna untuk penurunan berat badan karena dapat membuat orang kenyang tanpa menambahkan kalori terlalu banyak untuk total sehari-hari.
Semangka memiliki kepadatan energi rendah karena kandungan airnya tinggi, yang juga dapat menghindari orang mengalami dehidrasi dan dapat mencegah keinginan untuk makan makanan penutup lain yang justru tinggi kalori.
American Dietetic Association melaporkan bahwa semangka adalah 91 persen mengandung air. Kandungan air ini dapat bertindak sebagai diuretik alami.
Sedangkan Mayo Clinic menjelaskan efek diuretik pada semangka membuat orang akan sering buang air kecil, sehingga mengurangi jumlah retensi air dalam tubuh. Retensi air dalam tubuh ini yang sering menyebabkan perut buncit.
Menurut National Watermelon Promotion Board, 2 porsi mangkok irisan dadu semangka mengandung karbohidrat 21 g, gula 20 g, serta tidak mengandung lemak dan kolesterol.
Tentu saja makanan yang secara alami bebas lemak akan lebih baik dimetabolisme oleh tubuh, sehingga mengurangi risiko kelebihan lemak di bagian tengah tubuh Anda alias perut buncit.
Setiap porsi semangka juga menyediakan 30 persen dari kebutuhan harian seseorang untuk vitamin A sebagai beta-karoten, 25 persen untuk vitamin C dan 8 persen untuk kalium.
Dan yang paling relevan untuk menurunkan berat badan adalah 2 porsi (mangkok) semangka hanya mengandung 80 kalori, seperti dilansir Livestrong, Selasa (22/2/2011).
Untuk mendapatkan manfaatnya, semangka baik dikonsumsi sebagai jus tanpa gula pada waktu sarapan, makanan ringan (snack) menjelang makan siang, serta makanan penutup (dessert) setelah makan siang atau makan malam.
Selain rendah kalori, semangka memiliki kelebihan lain yang bermanfaat untuk kesehatan dan juga menurunkan berat badan. Menurut Cleveland Clinic, antioksidan yang terkandung di dalam semangka dapat meningkatkan fungsi alami sistem kekebalan tubuh serta mengurangi risiko penyakit jantung.
Bila dimakan sebagai bagian dari pola makan seimbang, semangka juga dapat mengurangi risiko stroke, batu ginjal, keropos tulang, diabetes dan kanker.
Sumber : detikhealth.com

Kamis, 30 Juni 2011

Arab Saudi Cari "Babu" Baru


KOMPAS.com — Tenaga kerja, bahasa halus untuk "babu" atawa pembantu rumah tangga,
mengandung silang sengketa soal nyawa berkepanjangan. Kini, Indonesia yang terkesan kurang menghargai rakyatnya sendiri tengah berupaya membebaskan warganya dari hukuman pancung di Arab Saudi.
Pada sisi lain, tampaknya, Arab Saudi pun jengah dengan gempuran kritik terkait perilaku rakyatnya yang tidak berperikemanusiaan. Maka dari itulah, seturut warta SPAAP, dan AFP pada Kamis (30/6/2011), Pemerintah Arab Saudi berkeputusan menghentikan semua izin kerja bagi pembantu rumah tangga asal Indonesia dan Filipina.
Menurut Kementerian Tenaga Kerja Arab Saudi, keputusan penghentian itu efektif berlaku mulai Sabtu (2/7/2011). "Keputusan ini berbarengan dengan upaya membuka peluang merekrut pekerja rumah tangga dari sumber lain," kata juru bicara Kementerian Tenaga Kerja Arab Saudi Hattab bin Saleh al-Anzi.
Keputusan ini mendahului moratorium pengiriman tenaga kerja Indonesia ke Arab Saudi yang dimulai 1 Agustus mendatang.
Gaji
Sementara itu, ketegangan soal buruh migran juga terjadi antara Arab Saudi dan Filipina. Awal tahun ini, Pemerintah Filipina meminta agar gaji para pekerja rumah tangga asal negeri itu dinaikkan menjadi 400 dollar AS sebulan dari 210 dollar AS per bulan yang mereka terima saat ini.
Selain itu, Pemerintah Filipina mendesak Pemerintah Arab Saudi menjamin para pekerja rumah tangga Filipina mendapat perlakuan yang manusiawi.
Kelompok aktivis hak asasi manusia mengatakan, jutaan pekerja rumah tangga dari negara-negara Asia mendapat perlakuan kasar di Arab Saudi dan negara-negara Teluk.
Kondisi ini disebabkan buruknya undang-undang tenaga kerja di negara-negara itu. Bahkan beberapa negara Teluk tak memiliki undang-undang tenaga kerja.
Indonesia dan Filipina adalah dua negara yang paling banyak mengirimkan pekerja rumah tangganya ke Arab Saudi. Diperkirakan, jumlah pekerja rumah tangga asal Indonesia di negeri kaya minyak itu mencapai 1,5 juta orang.
Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

Selasa, 28 Juni 2011

Harapan dan Kenyataan di Tanah Arab

Harapan dan Kenyataan
di Tanah Arab
Keinginan mengubah nasib, mendapat penghidupan lebih baik,
lepas dari bayang-bayang kemiskinan mendorong pekerja kita
mengais real di tanah Ara####‘’MENJADI TKI di Timur Tengah adalah
pilihan terakhir,’’ begitu kata beberapa
tenaga kerja kita pada saya saat transit
di Dubai, baru-baru ini. ‘’Kalau saja di
kampung ada pekerjaan dengan hasil
memadai, saya tidak akan menjadi TKI
di Arab Saudi,’’ kata Endah, TKI asal
Kuningan, Jawa Barat. Endah sebenarnya terbilang berhasil di Tanah Arab. Ia
transit di Dubai untuk pulang kampung
dengan berbekal real di kantong.
Endah berangkat ke Arab Saudi
berkat tawaran salah seorang tetangganya yang sudah lebih dulu menjadi TKI.
Keinginan lepas dari bayang-bayang
kemiskinan, mengubah nasib agar
berpenghidupan lebih baik, Endah pun
berangkat ke negara tersebut melalui
jalur resmi.
Alhamdulillah, dia mendapatkan
majikan yang baik. Walaupun, ujarnya,
pada saat mulai bekerja kemampuan
berkomunikasi dalam bahasa Arab nol
besar, alias tak bisa berucap dan tidak
mengerti pula bila diajak bicara. Salah
pengertian saat menjalankan perintah
majikan jadi makanan sehari-hari.
Syukurlah Endah tabah, dan majikannya sabar. Kegigihannya berbuah manis.
Setelah bekerja 2 tahun, dia bisa kembali
ke tanah air dengan membawa cukup
banyak “real”. Bisa berbicara bahasa
Arab ala kadarnya, plus membawa
aneka hadiah dari majikan. Sang
majikan pun berpesan, kalau mau
kembali bekerja, dia akan diterima
dengan tangan terbuka.
Endah lantas bertanya pada saya:
“Kalau Mas, majikannya baik, gak?”.
Saya hanya tersenyum simpul. Pandangan saya teralih pada raut muka sedih
Rohimah, TKI asal Kalimantan Selatan.
Ia hanya menunduk lesu tanpa semangat.
Ketika ditanya kenapa terlihat susah,
Rohimah segera menuturkan deritanya.
Rohimah mengaku untuk menjadi
TKI, dia harus mengeluarkan uang
cukup besar, yang didapat dengan berutang pada tetangga. Namun sial, baru
bekerja 2 minggu, dia dipulangkan oleh
majikannya. Ia dianggap tidak becus
bekerja. Sekarang, impiannya kandas.
Boro-boro membawa uang, dia terlantar
begitu saja di Dubai, tanpa bekal
apapun, dan harus kembali ke tanah air.
“Bagaimana harus membayar utangutang saya, Mas?’’ keluhnya kepada saya.
Berbeda dengan cerita bahagia
Endah yang jarang kita dapatkan, kisah
sedih model Rohimah atau malah cerita
yang lebih buruk lagi, banyak kita
dengar di berbagai media massa di
tanah air. Walaupun diangkat dengan
perspektif berbeda-beda, umumnya
kesimpulannya sama: Menjadi TKI itu
lebih banyak mudaratnya daripada
manfaatnya.
Karena itu, tiap kali disebut kata TKI
atau TKW, bayangan kita pasti tertambat pada Pembantu Rumah Tangga
(jika wanita), atau sopir/tukang kebun
(jika pria) yang sedang mencari peruntungan di negeri seberang.
Negara-negara favorit tempat para
TKI mencari peruntungannya tersebut
umumnya di kawasan Asia dan Timur
Tengah. Di Asia, mereka “ngeluruk”
Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Hong Kong, Korea, dan Jepang.
Di kawasan Timur Tengah, mereka
berdatangan ke negeri-negeri petro
dollar seperti Arab Saudi, Kuwait,
Yordania, Qatar, Uni Emirat Arab (UEA),
dan Bahrain.
Memang ada TKI di Eropa, Amerika,
atau di negara-negara lain, tapi, secara
kuantitas jumlah mereka tidak signifikan.
Karena itu mereka biasanya dianggap
bukan “TKI asli” yang mengindap
berbagai macam masalah dan kisah
suka-duka.
TKI memang fenomena yang harus
disikapi dengan bijak. Dengan sebutan
sebagai Pahlawan Devisa, Pemerintah
pun, telah menerbitkan Instruksi
Presiden Nomor 6 tahun 2006 tentang
Kebijakan Reformasi Sistem Penempatan dan Perlindungan TKI. Instruksi itu
dikeluarkan untuk membenahi segudang romantika permasalahan TKI.
Dari banyaknya pihak yang terlibat
(Pemerintah dan PPTKIS), nasib mereka
yang terus dikuyo-kuyo dan dimarginalkan keberadaannya, “cerita sukses dan
cerita gagal” yang mereka alami, serta
ulah oknum-oknum di Bandara “memakan” para TKI yang baru pulang.
Apakah menjadi TKI itu sebuah
peluang? Apakah harapan yang diidamidamkan dapat menjadi kenyataan?
Semoga serangkaian tulisan tentang
TKI di Timur Tengah ini bisa menjawab
dan memuaskan rasa ingin tahu kita
semua.
DICKY FABRIAN

Minggu, 26 Juni 2011

Orang Tua Karsih dan Darsem Bertemu Menuntut Pemerintah Segera Pulangkan Anak Mereka


KARAWANG, (PRLM).- Kedua keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang mempunyai nasib sama yaitu anaknya yang ternacam hukuman mati di Arab Saudi bertemu, Minggu (26/6). Keluarga Darsem, TKW asal Patiban, Pusakanagara, Kabupaten Subang sengaja berkunjung ke rumah keluarga Karsih di Desa Pagadungan, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Karawang.
"Saya sengaja datang untuk saling bertukar pikiran dansaling memberikan kekuatan moral karena mengalami nasib yang sama. Selain itu, kami akan bersama-sama sekuat tenega berupaya agar anak kami bisa cepat dipulangkan ke Indonesia," ucap Ayah Darsem, Daud Tawar (56).
Dalam pertemuan tersebut, kedua keluarga saling mencurakan isi hati masing-masing. Merekamengeluarkan uneg-uneg dan kendala apa saja yang selama ini mereka alami untuk memperjuangkan kebebasan dan kepulangan anak-anak mereka ke Indonesia.
"Kami sepakat untuk terus melakukan perjuangan dan menuntut pemerintah agar bertindak tegas dan cepat memulangkan anak kami ke Indonesia," katanya.
Hal senada juga diungkapkan ayah Karsih, Ocim (58). Ocim mengatakan keyakinan keluarga jika Karsih masih hidup adalah jika memang dihukum mati pasti ada pemberitahuan kepa keluarga dan jenazahnya bisa dipulangkan. "Bahkan pada 2008 ada surat dari BNP2TKi yang menyebutkan Karsih belum melakukan hukuman mati," tuturnya.
Pendamping kedua orang tua tersebut, Elyasa SH menuturkan akan terus mendampingi sampai ada kejelasan pemulangan kedua TKW tersebut. Terlebih Karsih yang saat ini kondisi dan keberadaanya tidak jelas. "Kami harap komitmen Presiden untuk mangatasi persoalan TKW ini tidak setengah hati," tuturnya.
Jika memang perlu, kata Elyasa, ia berniat membawa kedua orang tua TKW tersebut ke Jakarta untuk menemui Persiden Susilo Bambang Yudhoyono agar pemerintah benar-benar memfokuskan pekerjaannya untuk mengatasi persoalan TKW bermasalah. (A-186/das)***